Ticker

6/random/ticker-posts

Header Ads Widget

i love Alloh

Alhamdulillah Alloh Menjauhkan Umat Nabi Muhammad Dari Segala Kesombongan #Dakwah #Islam

 Tawadhu' adalah sifat yang amat mulia, namun sedikit orang yang memilikinya. Ketika orang sudah memiliki gelar yang tinggi, berilmu tinggi, memiliki harta yang banyak, terkenal, memiliki kekuasaan, sedikit yang memiliki sifat kerendahan hati, alias tawadhu'.

Alhamdulillah Alloh Menjauhkan Umat Nabi Muhammad Dari Segala Kesombongan #Dakwah #Islam
Alhamdulillah Alloh Menjauhkan Umat Nabi Muhammad Dari Segala Kesombongan


Memahami Tawadhu

Tawadhu' adalah ridho jika dianggap mempunyai kedudukan lebih rendah dari yang sepantasnya. Tawadhu' merupakan sikap pertengahan antara sombong dan melecehkan diri. Sombong berarti mengangkat diri terlalu tinggi hingga lebih dari yang semestinya. Sedangkan melecehkan yang dimaksud adalah menempatkan diri terlalu rendah.

Ibnu Hajar berkata, "Tawadhu' adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu' adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya." (Fathul Bari, 11: 341)

Keutamaan Sifat Tawadhu'

  1. Sebagai sarana mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat.
    Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu' (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikan (Derajat)nya." (HR. Muslim no. 2588).

    Yang dimaksud di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia. Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan kedudukan yang tinggi di syurgaNya karena sifat tawadhu'nya di dunia. (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,16 : 142)

    Tawadhu'  juga merupakan akhlak mulia dari para nabi. Lihatlah Nabi Musa 'alaihissalam beliau membantu memberi minum pada hewan ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang ayahnya sudah tua renta. Lihat pula Nabi Daud 'alaihissalam makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Nabi Zakariya alaihissalam dulunya seorang tukang kayu. Sifat tawadhu' Nabi Isa alaihissalam ditunjukkan dalam perkataannya :

    "Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka." (QS. Maryam: 32).

    Lihatlah sifat mulia para nabi tersebut. Karena sifat tawadhu', mereka menjadi mulia di dunia dan di akhirat.
  2. Sarana agar disayangi, dicintai Allah dan manusia.
    Orang tentu saja akan semakin menyayangi orang yang rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Itulah yang terdapat pada diri Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau  pernah bersabda : "Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu'. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas  pada yang lain." (HR. Muslim no. 2865).

Mencontoh Sifat Tawadhu' Nabi Muhammad SAW

Allah Ta'ala berfirman dalam Al Qur'an : "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al Ahzab: 21)

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam masih memberi salam pada anak kecil dan yang lebih rendah kedudukan di bawah beliau. Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata : "Sungguh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berkunjung ke orang-orang Anshor. Lantas beliau memberi salam kepada anak kecil mereka dan mengusap kepala mereka." (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 459) 

Subhanallah ... Ini sifat yang sungguh mulia yang jarang kita temukan saat ini. Sangat sedikit orang yang mau memberi salam kepada orang yang lebih rendah derajatnya dari dirinya. Boleh jadi orang tersebut lebih mulia di sisi Allah karena takwa yang ia miliki.

Coba lihat lagi bagaimana keseharian Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam di rumahnya. Beliau membantu istrinya. Bahkan jika sandalnya putus atau bajunya sobek, beliau menjahit dan memperbaikinya sendiri. Ini beliau lakukan di balik kesibukan beliau untuk berdakwah dan mengurus umat.

Urwah bertanya kepada 'Aisyah, "Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?" Aisyah menjawab, "Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember." (HR. Ahmad 6: 167 dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 5676).

Berbeda dengan kita, kita mungkin  lebih senang menunggu istri untuk memperbaiki atau memerintahkan pembantu atau orang lain untuk mengerjakannya. Sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tanpa rasa malu membantu pekerjaan istrinya.

'Aisyah pernah ditanya tentang apa yang dikerjakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika berada di rumah. Lalu 'Aisyah menjawab: "Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakan shalat." (HR. Bukhari no. 676). 

Nasehat para ulama' tentang tawadhu'

Al Hasan Al Bashri berkata, "Tahukah kalian apa itu tawadhu'? Tawadhu' adalah engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu."

Imam Asy Syafi'i berkata, "Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliaannya." (Syu'abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304)

Basyr bin Al Harits berkata, "Aku tidaklah pernah melihat orang kaya yang duduk di tengah-tengah orang fakir." Yang bisa melakukan demikian tentu yang memiliki sifat tawadhu'.

'Abdullah bin Al Mubarrok berkata, "Puncak dari tawadhu' adalah engkau meletakkan dirimu di bawah orang yang lebih rendah darimu dalam nikmat Allah, sampai-sampai engkau memberitahukannya bahwa engkau tidaklah semulia dirinya." (Syu'abul Iman, Al Baihaqi, 6: 298)

Sufyan bin 'Uyainah berkata, "Siapa yang maksiatnya karena syahwat, maka taubat akan membebaskan dirinya. Buktinya saja Nabi Adam 'alaihis salam bermaksiat karena nafsu syahwatnya, lalu ia beristighfar (memohon ampun pada Allah), Allah pun akhirnya mengampuninya. Namun, jika siapa yang maksiatnya karena sifat sombong (lawan dari tawadhu'), khawatirlah karena laknat Allah akan menimpanya. Ingatlah bahwa Iblis itu bermaksiat karena sombong (takabbur), lantas Allah pun melaknatnya."

Abu Bakr Ash Shiddiq berkata, "Kami dapati kemuliaan itu datang dari sifat takwa, qona'ah (merasa cukup) muncul karena yakin(pada apa yang ada di sisi Allah), dan kedudukan mulia didapati dari sifat tawadhu'."

'Urwah bin Al Warid berkata, "Tawadhu' adalah salah satu jalan menuju kemuliaan. Setiap nikmat pasti ada yang merasa iri kecuali pada sifat tawadhu'."

Yahya bin Ma'in berkata, "Aku tidaklah pernah melihat orang semisal Imam Ahmad! Aku telah bersahabat dengan beliau selama 50 tahun, namun beliau sama sekali tidak pernah menyombongkan diri terhadap kebaikan yang ia miliki."

Ziyad An Numari berkata, "Orang yang zuhud namun tidak memiliki sifat tawadhu adalah seperti pohon yang tidak berbuah."

 اللّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ

"Ya Allah, tunjukilah padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut kecuali Engkau" (HR. Muslim no. 771).

Semoga Allah memberi kita sifat rendah hati (tawadhu') dan menjauhkan kita dari sifat sombong, Aamiin…!

Sumber : https://mahadibnuauf.com/rendah-hati-tawadhu#intro


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid.

Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin.

Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali.

Alhamdulillah Alloh Menjauhkan Umat Nabi Muhammad Dari Segala Kesombongan #Dakwah #Islam
Alhamdulillah Alloh Menjauhkan Umat Nabi Muhammad Dari Segala Kesombongan


Posting Komentar

0 Komentar