Ticker

6/random/ticker-posts

Header Ads Widget

i love Alloh

Alhamdulillah Alloh Maha Membebaskan Hisab Kepada Setiap Umat Nabi Muhammad. #Dakwah #Islam

 Di antara orang yang masuk surga, ada yang langsung masuk ke dalamnya ada pula yang harus menunggu lama, dan ada juga yang harus mampir dulu ke neraka. Jika bisa memilih pastilah kita menginginkan masuk surga tanpa harus menunggu, tanpa harus mampir neraka, namun langsung masuk saja, tanpa dihisab tanpa diadzab. Bagaimana caranya? Berikut dijelaskan pembahasanya.

Alhamdulillah Alloh Maha Membebaskan Hisab Kepada Setiap Umat Nabi Muhammad.
Alhamdulillah Alloh Maha Membebaskan Hisab Kepada Setiap Umat Nabi Muhammad.

Bertauhid dengan benar

Saudaraku, tauhid adalah tujuan hidup kita. Tauhid merupakan ilmu yang paling agung, kewajiban yang paling wajib, dan perintah Allah yang terbesar. Oleh karena itulah, keistimewaan yang didapatkan oleh Al-Muwahhidin (orang-orang yang mentauhidkan Allah) itu banyak dan sangat besar.

Di antara keutamaan yang didapatkan oleh mereka adalah,

  • Ahli Tauhid mendapatkan keamanan dan hidayah,
  • Tempat kembalinya adalah Surga, Allah Ta’ala menyelamatkannya dari neraka,
  • Ahli Tauhid mendapatkan kesempatan diampuni seluruh dosa-dosanya,
  • Timbangan tauhid beratnya mengalahkan timbangan langit dan bumi.

Dan puncak keutamaan yang dianugerahkan kepada Ahli Tauhid adalah mendapatkan kesempatan masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab.

Orang-orang yang tak dihisab dan tak diadzab

Hadits berikut ini menggambarkan kelompok orang-orang yang mendapatkan puncak keutamaan yang dianugerahkan oleh Allah kepada Ahli Tauhid, yaitu, masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab.

Hushain bin Abdurrahman berkata bahwa Sa’id bin Jubair berkata, “Siapakah di antara kalian yang melihat bintang jatuh semalam?”

Akupun menjawab “Saya.”

Lalu saya berkata, “Adapun saya ketika itu tidak sedang salat, tapi terkena sengatan hewan berbisa”.

Kemudian ia bertanya, “Lalu apa yang anda kerjakan?” Saya pun menjawab, “Saya minta diruqyah1“.

Ia bertanya lagi, “Apa yang mendorong anda melakukan hal tersebut?”

“Sebuah hadits yang dituturkan Asy-Sya’bi kepada kami.” jawabku.

Iapun bertanya lagi, “Apakah hadits yang dituturkan oleh Asy-Sya’bi kepada anda?”

Saya menyampaikan, “Dia menuturkan hadits dari Buraidah bin Hushaib, bahwa ia berkata, ‘Tidak ada ruqyah yang lebih bermanfaat kecuali untuk penyakit ‘ain2 atau terkena sengatan hewan berbisa.'”

Sa’id berkata, “Alangkah baiknya orang yang beramal sesuai dengan dalil yang didengarnya, namun Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu menuturkan kepada kami hadits dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Aku telah diperlihatkan beberapa umat oleh Allah, lalu aku melihat seorang Nabi bersama beberapa orang (tidak sampai 10 orang, pent.), seorang Nabi bersama seseorang dan dua orang, serta seorang Nabi yang sendirian. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku sekelompok orang yang sangat banyak. Aku mengira mereka itu umatku, namun disampaikan kepadaku, ‘Itu adalah Nabi Musa dan kaumnya.’ Selanjutnya, tiba-tiba aku melihat lagi sejumlah besar orang, dan disampaikan kepadaku, ‘Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.’ Kemudian beliau bangkit dan masuk rumah. Orang-orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu.

Ada di antara mereka yang mengatakan, ‘Barangkali mereka itu sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.’ Ada lagi yang mengatakan, ‘Barangkali mereka orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam dan tidak pernah menyekutukan Allah.’ dan mereka menyebutkan yang lainnya pula.

Ketika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam keluar, mereka memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Lalu beliau bersabda,

هُمُ الَّذِينَ  لاَ يَسْتَرْقُونَ وَ لاَ يَكتوونَ وَ لاَ يَتَطَيَّرُونَ وَ عَلَى رَبِّـهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Mereka itu adalah orang yang tidak minta diruqyah, tidak melakukan kay3  dan tidak melakukan tathayyur4 serta mereka bertawakkal5 hanya kepada Rabb mereka.”

Kemudian Ukkasyah bin Mihshon berdiri dan berkata, ‘Mohonkanlah kepada Allah, agar saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab, ‘Engkau termasuk mereka’,

Kemudian berdirilah seseorang yang lain dan berkata, ‘Mohonkanlah kepada Allah, agar saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab,’ Ukkasyah telah mendahuluimu'” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Kiat masuk surga tanpa hisab tanpa adzab

Seorang muslim yang baik, ketika membaca hadits yang agung di atas, tentu menginginkan menjadi salah satu dari tujuh puluh ribu orang yang beruntung tersebut. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika beberapa pertanyaan muncul, ketika seorang muslim berusaha memahami hadits yang disebutkan di atas, karena demikian semangatnya untuk masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab.

Perlu diketahui bahwa masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab adalah ganjaran yang Allah Ta’ala anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang berhasil mentauhidkan-Nya dengan sempurna (Tahqiiqut Tauhid).

Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah dalam kitab Tauhid nya, menyebutkan hal ini dengan ucapannya,

باب من حقق التوحيد دخل الجنة بغير حساب

Bab, Barangsiapa yang merealisasikan tauhid dengan sempurna, maka masuk kedalam surga tanpa hisab”.

Dan barangsiapa yang masuk kedalam surga tanpa hisab, pastilah masuk surga tanpa adzab, namun barangsiapa yang masuk kedalam surga tanpa adzab, belum tentu masuk surga tanpa hisab.

Dengan demikian, untuk menjadi kelompok orang-orang yang masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab, haruslah bisa merealisasikan tauhid dengan sempurna. Selanjutnya, pertanyaan menarik yang perlu dilontarkan adalah Bagaimanakah menjadi orang yang merealisasikan tauhid dengan sempurna (tahqiq tauhid)?

Praktik Tauhid yang Sempurna

Mempelajari tentang definisi Tahqiiq At-Tauhiid (perealisasian Tauhid dengan sempurna) adalah perkara yang sangat penting guna memahami dalil-dalil tentang ciri khas golongan yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Hal ini dikarenakan beberapa alasan berikut ini:

  1. Sifat sebuah definisi adalah jami’ dan mani’Jami’ yaitu mengumpulkan segala sesuatu yang tercakup di dalam lafaz yang didefinisikan tersebut. Sedangkan mani’ yaitu mencegah dan membatasi agar perkara yang di luar cakupan definisi dari lafaz tersebut tidaklah dimasukkan kedalam cakupan lafaz tersebut.
  2. Dengan Taufik Allah, seseorang bisa menggunakan definisi tersebut untuk mengelompokkan ciri-ciri orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab yang disebutkan dalam sebuah dalil, sesuai dengan tingkatan Tahqiiq At-Tauhid masing-masing yang ditunjukkan dalil tersebut. Sehingga ketika seseorang terluput dari salah satu ciri khas tersebut, maka bisa diketahui apakah ia keluar dari golongan yang masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab ataukah tidak?

Definisi dan tingkatan perealisasian tauhid

Syaikh Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah, di dalam kitabnya, At-Tamhiid yang merupakan syarah (penjelasan) kitab Tauhid itu, telah menjelaskan tentang definisi Tahqiiq At-Tauhiid (perealisasian Tauhid dengan sempurna) yang menjadi inti pembahasan hadits yang agung di atas.

Beliau menjelaskan bahwa Tahqiiq At-Tauhiid terbagi menjadi dua tingkatan, beliau mengatakan, “Maka Tahqiiq At-Tauhiid meliputi dua tingkatan, yaitu tingkatan wajib dan tingkatan mustahab (sunnah). Dengan demikian, orang-orang yang merealisasikan Tauhid dengan sempurna meliputi dua tingkatan pula.

Tingkatan Wajib

Syaikh Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah menjelaskan bahwa tingkatan yang wajib adalah meninggalkan sesuatu yang wajib ditinggalkan berupa tiga perkara yang telah disebutkan sebelumnya, maka (dengan demikian tingkatan wajib itu) meninggalkan syirik, meninggalkan bid’ah, dan meninggalkan maksiat. Dengan kata lain, Tahqiiq At-Tauhiid  pada tingkatan yang wajib adalah membersihkan agama seseorang dari seluruh dosa, baik dosa syirik, bid’ah maupun kemaksiatan, dengan segala macamnya.

Apakah maksud “bersih dari dosa”?

Berdasarkan penjelasan di atas, inti Tahqiiq At-Tauhiid  pada tingkatan yang wajib adalah bersih dari segala dosa dengan segala macamnya. Sedangkan maksud bersih dari dosa dengan segala macamnya (syirik, bid’ah dan maksiat) adalah seorang hamba meninggal dalam keadaan sudah bertaubat dari seluruh dosa atau dosanya sudah terlebur dengan pelebur (mukaffirat) dosa. Jadi, yang dijadikan patokan di sini adalah akhir hidup seseorang, karena Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيْمِ

“Sesungguhnya amalan itu hanya berdasarkan penutupnya” (HR. Al-Bukhari).

Syaikh Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah menjelaskan bahwa barangsiapa yang melakukan sesuatu kemaksiatan, dosa atau bid’ah, kemudian belum bertaubat darinya, atau belum terlebur dosanya, maka ia belumlah dikatakan telah merealisasikan tauhid secara sempurna, jenis tingkatan wajib.

Hal ini menunjukkan bahwa yang dijadikan patokan adalah akhir kehidupan, bukan pada kekurangan di awal kehidupan.”

Kesimpulan:

Tingkatan wajib adalah tingkatan orang-orang yang bersih dari dosa, dengan melaksanakan kewajiban dan meninggalkan keharaman. Tingkatan jenis ini juga disebutkan di dalam sebagian syarah (penjelasan) kitab Tauhid yang lainnya, seperti Fathul Majiid dan Hasyiyah Kitab Tauhiid, tepatnya pada bab “Man haqqaqat Tauhiid dakhalal Jannah bighairi hisab”.

Tingkatan Mustahab (Sunnah)

Syaikh Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah menjelaskan bahwa

tingkatan mustahab dalam Tahqiiq At-Tauhiid adalah sebuah tingkatan di mana ahli tauhid memiliki keutamaan yang amat berbeda-beda. Dalam tingkatan ini tidak ada suatu arah atau tujuan pada hati seseorang kepada selain Allah. Hati tersebut menghadap kepada Allah secara totalitas, tidak terdapat kecondongan kepada selain Allah, sehingga jika berucap ikhlas karena Allah. Jika bertingkahlaku, ikhlas karena Allah. Jika beramal ikhlas karena Allah, bahkan seluruh gerakan hatinya karena Allah.

Beliau juga menjelaskan bahwa sebagian ulama menjelaskan bahwa tingkatan mustahab adalah meninggalkan sesuatu yang mubah karena khawatir berakibat ada apa-apanya jika dilakukan, maksudnya disini adalah mencakup amal hati, lisan, dan anggota tubuh badan.

Kesimpulan:

Tingkatan mustahab adalah tingkatan orang-orang yang melaksanakan perkara yang wajib dan yang sunnah serta meninggalkan hal yang haram, makruh, dan sebagian hal yang mubah/halal.

Syaikh Shaleh Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan As-Saabiqun bil khairaat (orang-orang yang bersegera dalam kebaikan) dalam kitabnya I’anatul Mustafid bahwa mereka adalah orang-orang yang selamat dari syirik besar maupun kecil. Mereka meninggalkan hal-hal haram dan makruh. Bahkan mereka meninggalkan sebagian hal yang mubah/halal. Mereka bersungguh-sungguh dalam melaksanakan amal ketaatan, baik amal yang wajib maupun yang sunnah. Mereka adalah orang-orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan. Maka barangsiapa yang sampai pada tingkatan ini, maka ia masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab.

Tingkatan jenis ini juga disebutkan di dalam sebagian syarah kitab Tauhid yang lainnya, seperti: Hasyiyah Kitab Tauhiid dan Taisiir Al-‘Aziiz Al-Hamiid.

Perealisasian Tauhid dengan sempurna adalah perealisasian Syahadatain

Syaikh Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah, didalam kitabnya At-Tamhiid menjelaskan perealisasian tauhid dengan sempurna adalah perealisasian syahadatain laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah‘, karena pada ucapan seorang Ahli Tauhid laa ilaaha illallaah’, terdapat tuntutan pelaksanaan tauhid dan jauh dari syirik, dengan segala macamnya,

Pada ucapan asyhadu anna muhammadar rasulullah mengandung tuntutan jauh dari kemaksiatan dan bid’ah, hal itu disebabkan karena konsekuensi syahadat Muhammadar Rasulullah adalah taat pada perkara yang diperintahkan oleh rasulullah, membenarkan apa yang beliau infromasikan, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah melainkan sesuai dengan syari’at yang diajarkannya (At-Tamhiid: 33).

Wallahu a’lam.

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

  1. Ruqyah adalah pengobatan dengan pembacaan ayat-ayat Alquran atau do’a-do’a ataupun lafadz-lafadz tertentu 
  2. ‘Ain adalah pengaruh buruk yang disebabkan oleh rasa dengki seseorang melalui matanya 
  3. Kay adalah menempelkan besi panas atau sejenisnya pada luka 
  4. Tathayyur adalah semua hal yang menyebabkan seseorang membatalkan perbuatannya karena takut malapetaka atau meneruskan perbuatannya karena optimis akan beruntung setelah ia melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada bukti ilmiah bahwa sesuatu tersebut bisa mendatangkan malapetaka atau keberuntungan. (Mutiara Faidah, hal. 142) 
  5. Tawakal adalah bersandarnya hati kepada Allah dengan menyerahkan segala urusan kepada-Nya dalam mendapatkan manfaat atau menolak bahaya/kerugian, diiringi dengan percaya kepada-Nya dan mengambil sebab yang diizinkan dalam Syari’at Islam 

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/27669-masuk-surga-tanpa-hisab-dan-adzab-mau.html

Di antara orang islam yang masuk surga, ada yang langsung masuk ke dalamnya ada pula yang harus menunggu lama, dan ada juga yang harus mampir dulu ke neraka. Jika bisa memilih pastilah kita menginginkan masuk surga tanpa harus menunggu, tanpa harus mampir neraka, namun langsung masuk saja, tanpa dihisab tanpa diadzab. Bagaimana caranya? Berikut dijelaskan pembahasannya, 15 Amalan Masuk Surga Tanpa Dihisab.

1. Bertauhid

keutaamaan mempelajari tauhid merupakan ilmu yang paling agung, kewajiban yang paling wajib, dan perintah Allah yang terbesar. Oleh karena itulah, keistimewaan yang didapatkan oleh Al-Muwahhidin (orang-orang yang mentauhidkan Allah) itu banyak dan sangat besar.

Di antara keutamaan ilmu tauhid islam yang didapatkan oleh mereka adalah,

  • Ahli Tauhid mendapatkan keamanan dan hidayah,
  • Tempat kembalinya adalah Surga, Allah Ta’ala menyelamatkannya dari neraka,
  • Ahli Tauhid mendapatkan kesempatan diampuni seluruh dosa-dosanya,
  • Timbangan tauhid beratnya mengalahkan timbangan langit dan bumi.

Dan puncak keutamaan yang dianugerahkan kepada Ahli Tauhid adalah mendapatkan kesempatan masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab.

2. Beramal Sesuai dasar hukum islam

Sa’id berkata, “Alangkah baiknya orang yang beramal sesuai dengan dalil yang didengarnya, namun Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu menuturkan kepada kami hadits dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Aku telah diperlihatkan beberapa umat oleh Allah, lalu aku melihat seorang Nabi bersama beberapa orang (tidak sampai 10 orang, pent.)

seorang Nabi bersama seseorang dan dua orang, serta seorang Nabi yang sendirian. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku sekelompok orang yang sangat banyak. Aku mengira mereka itu umatku, namun disampaikan kepadaku, ‘Itu adalah Nabi Musa dan kaumnya.’

Selanjutnya, tiba-tiba aku melihat lagi sejumlah besar orang, dan disampaikan kepadaku, ‘Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.’ Kemudian beliau bangkit dan masuk rumah. Orang-orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu.

3. Tawakkal

dengan hukum beradab dengan Rasulullah, Ada di antara mereka yang mengatakan, ‘Barangkali mereka itu sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.’ Ada lagi yang mengatakan, ‘Barangkali mereka orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam dan tidak pernah menyekutukan Allah.’ dan mereka menyebutkan yang lainnya pula.

Ketika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam keluar, mereka memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Lalu beliau bersabda, “Mereka itu adalah orang yang tidak minta diruqyah, tidak melakukan kay  dan tidak melakukan tathayyur serta mereka bertawakkal hanya kepada Rabb mereka.”

4. Meninggal dalam Keadaan Bertaubat

“Sesungguhnya amalan itu hanya berdasarkan penutupnya” (HR. Al-Bukhari). sebab itu selalu panjatkan doa diwafatkan dalam islam

5. Bersih dari Dosa Syirik, Bid’ah, Maksiat

mMaksud bersih dari dosa dengan segala macamnya (syirik, bid’ah dan maksiat) adalah seorang hamba meninggal dalam keadaan sudah bertaubat dari seluruh dosa atau dosanya sudah terlebur dengan pelebur (mukaffirat) dosa.

6. Jauh dari Syirik Besar dan Kecil

Syaikh Shaleh Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan As-Saabiqun bil khairaat (orang-orang yang bersegera dalam kebaikan) dalam kitabnya I’anatul Mustafid bahwa mereka adalah orang-orang yang selamat dari syirik besar maupun kecil. Mereka meninggalkan hal-hal haram dan makruh.

Bahkan mereka meninggalkan sebagian hal yang mubah/halal. Mereka bersungguh-sungguh dalam melaksanakan amal ketaatan, baik amal yang wajib maupun yang sunnah. Mereka adalah orang-orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan. Maka barangsiapa yang sampai pada tingkatan ini, maka ia masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab.

7. Mengucap Syahadat Ketika Meninggal

Pada ucapan asyhadu anna muhammadar rasulullah mengandung tuntutan jauh dari kemaksiatan dan bid’ah, hal itu disebabkan karena konsekuensi syahadat Muhammadar Rasulullah adalah taat pada perkara yang diperintahkan oleh rasulullah, membenarkan apa yang beliau infromasikan, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah melainkan sesuai dengan syari’at yang diajarkannya (At-Tamhiid: 33).

8. Mengucap Laa Ilaaha Illallah Ketika Meninggal

Syaikh Shaleh Alusy-Syaikh hafizhahullah, didalam kitabnya At-Tamhiid menjelaskan perealisasian tauhid dengan sempurna adalah perealisasian syahadatain laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah‘, karena pada ucapan seorang Ahli Tauhid laa ilaaha illallaah’, terdapat tuntutan pelaksanaan tauhid dan jauh dari syirik, dengan segala macamnya,

9. Pengikut Setia Rasulullah

Daripada Abu Bakar , Rasulullah SAW bersabda : “Aku dianugerahi Allah 70,000 orang dari umatku masuk syurga tanpa hisab. Wajah mereka nampak seperti bulan pada malam purnama. Hati mereka semuanya sama. Lalu, aku memohon tambahan kepada Allah dan Allah menambahkan untukku setiap satu orang menjadi 70,000 orang .” (Hadis riwayat Ahmad dalam Musnad dengan sanad yang sahih) .

10. Orang yang Pertama Kali Masuk Islam di Masa Rasulullah

10.Dan orang-orang yang beriman paling dahulu,11. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah.12. Berada dalam jannah kenikmatan.13. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,14. dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian (Al Waqiah 10-14)

11. Memiliki Kesempurnaan Akhlak

Golongan orang yang akan masuk syurga tanpa hisab adalah golongan yang sifatnya disebutkan dalam surah Al-Waqi’ah ayat 10 -14 . Allah memberi sifat kepada mereka sebagai orang-orang yang beriman paling dahulu dan mereka didekatkan kepada Allah di syurga. Mereka

adalah segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian . Kepada mereka , Allah telah menanamkan kemuliaan , cinta takdir , dan keagungan . Mereka adalah cermin dalam iman , amal kebaikan , jihad , ilmu , anugerah , kelembutan hati , cinta , kesempurnaan , akhlak , dan keagungan .

12. Mendapat Buku Amal di Tangan Kanan

7.Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, 8. maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,9. dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira (Al Insyiqaq 7-9)

13. Orang yang Sabar Ketika Diuji dengan Penyakit Berat di Dunia

” Pada hari kiamat kelak setelah timbangan timbangan amal dipasang, orang orang yang tekun shalat dipanggil untuk menerima pahala mereka secara penuh, orang orang yang tekun puasa dipanggil untuk menerima pahala mereka secara penuh, orang orang yang gemar berpuasa

dipanggil untk menerima pahala mereka secara penuh, dan orang orang yang pergi haji dipanggil untuk menerima pahala mereka secara penuh. Tetapi timbangan orang orang orang yang dicoba dengan peneritaan sakit tidak dipasang, mereka juga tidak diadili, mereka selain diberi pahala juiga tidak dihisab “

14. Mati Syahid

Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw bersabda :” Pada hari kiamat nanti orang yang mati syahid dihadirkan untuk dihisab, dan orang yang suka bersedekah dihadirkan untuk dihisab. Orang orang yang dicoba dengan penyakit juga dihadirkan, namun tidak untuk dihisab maupun diadili. Mereka malah diberi pahala yang amat banyak. Sehingga orang orang sehat yang ada di padang mahsyar berharap tubuh mereka di[potong potong dan digunting ahar bisa mendapat pahala yang baik disisi Allah “

15. Selalu Bersyukur dan Qana’ah (Menerima Apa Adanya)

” Wahai cucuku selalulah bersikap qana’ah , niscaya kamu akan menjadi manusia yang paling kaya. Dan tunaikanlah kewajiban kewajiban, niscaya kamu akan menjadi manusia yang paling berbakti pada Allah. Wahai cucuku sesungguhnya di syurga ada terdapat pohon bernama

Balwa yang diperuntukan bagi orang orang yang dicoba dengan derita penyakit. Untukn metreka tidak diadakan penimbangan amal, dan juga tidak diselenggarakanh pengadilan. Tetapi malah dicurahkan pahala kepada mereka” . Beliau lalu membaca surat Az zumar ayat 10 :“Sesungguhnya hanya orang orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas”

Jika seseorang memiliki kebaikan yang sempurna misalnya dari segi akhlak, amalan kepada orang lain dsb namun ia memiliki sifat kafir dan syirik, maka ia tidak termasuk pada 15 golongan yang disebutkan di atas, melainkan mereka langsung dimasukkan ke dalam neraka

tanpa dihisab amalnya terlebih dahulu walaupun mereka memiliki amal baik yang banyak selama hidup di dunia, hal itu terjadi karena setiap orang yang kafir dan syirik akan dipastikan masuk neraka sebab mereka melakukan segala hal di dunia bukan karena Allah dan tidak pernah menyembah kepada Allah, sebagaimana firman berikut,

20.Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman21. Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi 22. Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam 23.

Dan yang menyertai dia berkata : ” Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku.”24. Allah berfirman :” Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala   25. yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu,   26. Yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat (Qaf 20-26)

Nah sobat, ituah amalan mulia yang mendapat janji dari Allah untuk masuk surga tanpa dihisab, semoga bisa menjadi motivasi untuk kita semua dalam meningkatkan amal mulia agar jauh dari api neraka. Demikian yang dapat penulis sampaikan, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

sumber : https://dalamislam.com/info-islami/amalan-masuk-surga-tanpa-dihisab


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid.

Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin.

Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali.

Alhamdulillah Alloh Maha Membebaskan Hisab Kepada Setiap Umat Nabi Muhammad.
Alhamdulillah Alloh Maha Membebaskan Hisab Kepada Setiap Umat Nabi Muhammad.

Posting Komentar

0 Komentar