Ticker

6/random/ticker-posts

Header Ads Widget

i love Alloh

Alhamdulillah Alloh Maha Baik & Pencipta Ajak Umat Untuk Dzikir Tiap Pagi & Sore #Dakwah #Islam

 Surat Al-Falaq adalah surat yang ringkas namun agung. Ia diperselisihkan oleh para ulama apakah ia Makiyah atau Madaniyyah. Banyak sekali hadis yang menunjukkan keutamaan surat Al-Falaq. Diantaranya, dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Ibnu ‘Abis radhiyallahu ‘anhu:

Alhamdulillah Alloh Maha Baik & Pencipta Ajak Umat Untuk Dzikir Tiap Pagi & Sore
Alhamdulillah Alloh Maha Baik & Pencipta Ajak Umat Untuk Dzikir Tiap Pagi & Sore

يَا ابْنَ عابِسٍ، ألَا أُخبِرُكَ بِأَفضَلِ مَا تَعَوَّذَ بِهِ المُتَعَوِّذُوْنَ؟ قَالَ: قُلْتُ: بَلَى. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسلَّمَ: {قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ}، و: {قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِا}. هَاتَينِ السُّورَتَينِ

Wahai Ibnu ‘Abis, maukah aku kabarkan kepadamu tentang alat pelindung yang paling utama untuk digunakan seseorang yang mencari perlindungan? Dia menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Bacalah qul a’udzubirabbil falaq, dan qul a’udzubirabbinnaas.” Dua surat ini.” (HR. An-Nasa`i no. 5432, Ahmad no. 17297, di-shahih-kan Syu’aib al-Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad)

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَوَّذُ مِنَ الجَانِّ وَعَينِ اْلإنسَانِ حَتَّى نَزَلَتِ الْمُعَوِّذَتَانِ فَلَمَّا نَزَلَتَا أَخَذَ بِهِمَا وَترَكَ مَا سِوَاهُمَا

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berlindung dari jin dan penyakit ‘ain dari manusia. Ketika turun al-mu’awwidzatan (yaitu al-falaq dan an-nas), beliau menggunakannya untuk berlindung dan meninggalkan yang lain.” (HR. At Tirmidzi no. 2058, di-shahih-kan al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi)

Faedah-Faedah Dari Surat Al-Falaq

Allahl Ta’ala berfirman:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ

Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh’.” (QS. Al-Falaq: 1)

Faedah dari ayat ini:

1. Kita diperintahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah, karena sejatinya hanya Allah yang dapat memberikan kita perlindungan dari semua mara bahaya. Maka hendaknya kita senantiasa meminta perlindungan kepada Allah.
2. Isti’adzah adalah salah satu bentuk ibadah, karena dalam ayat ini Allah Ta’ala perintahkan kita untuk melakukannya.
3. “Ar-Rabb” adalah salah satu nama Allah.
4. Ada beberapa penafsiran ulama tentang makna “al-Falaq”, di antaranya:
a) Tafsiran jumhur mufassirin: waktu subuh
b) Tafsiran Ibnu ‘Abbas: suatu penjara yang ada di neraka Jahanam
3) Tafsiran al-Kalbi: suatu lembah di neraka Jahanam
4) Tafsiran adh-Dhahhak: makhluk (Tafsir al-Baghawi)
Dan Allah adalah penguasa semua itu.
5. Surat al-Falaq juga disebut mu’awwidzah (pelindung). Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam anjurkan untuk membacanya di pagi dan sore hari, setelah shalat, sebelum tidur, dan ketika me-ruqyah. Insya Allah akan terhindar dari gangguan jin, setan, dukun, dan sihir.

Allah Ta’ala berfirman:

مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

dari kejahatan makhluk-Nya.” (QS. Al-Falaq: 2)

Faedah dari ayat ini:

1. Kita diperintahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah dari keburukan.
2. Allah Ta’ala menciptakan kebaikan dan juga keburukan. Semua selain Allah adalah ciptaan Allah.
3. Allah menciptakan keburukan sebagai ujian bagi manusia. Namun, di balik diciptakannya keburukan, pasti ada hikmah dan kebaikan. Kata para ulama:

أَنَّ اللهَ سُبحَانَهُ لَا يَقدِرُ شَراً مَحضاً لَيْسَ فِيهِ خَيٌر

“Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mungkin menakdirkan keburukan yang murni, yang tidak ada kebaikan di dalamnya.”
4. Kita diperintahkan untuk meminta perlindungan dari keburukan makhluk-makhluk Allah, baik yang berupa manusia, hewan, tumbuhan, fenomena alam, cuaca, jin, setan, iblis, dan semua makhluknya. (Tafsir as-Sa’di)
5. Al-Hasan al-Bashri serta Tsabit al-Bunani memaknai “ma khalaqa” di sini maksudnya adalah iblis dan keturunannya, serta neraka Jahanam. Kita diperintahkan meminta perlindungan dari keduanya. (Tafsir Ibnu Katsir)

Allah Ta’ala berfirman:

وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ

“dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita.” (QS. Al-Falaq: 3)

Faedah dari ayat ini:

1. “Al-ghasiq” artinya malam, “waqaba” artinya tenggelamnya matahari secara keseluruhan. (Tafsir Ibnu Katsir)
2. Sebagian ulama menafsirkan “al-ghasiq” artinya gerhana, “waqaba” artinya keadaan gelap karena gerhana.
3. Yang dimaksud ayat ini adalah meminta perlindungan dari hal-hal yang biasa terjadi ketika malam sudah gelap, dimulai ketika matahari tenggelam seluruhnya. (Tafsir as-Sa’di)
4. Ini menunjukkan bahwa di waktu malam, ada banyak bahaya di luar rumah, di antaranya roh-roh jahat dan hewan-hewan yang berbahaya. (Tafsir as-Sa’di)
5. Oleh karena itu, di malam hari Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dalam hadis-hadis shahih memerintahkan kita untuk menutup pintu dan jendela sambil berdzikir, memerintahkan anak-anak untuk masuk ke rumah, menutup wadah-wadah makanan dan minuman, mematikan lampu, membaca Al-Qur’an, shalat lail, membaca doa dan dzikir sebelum tidur. Dari sahabat Jabir radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

( إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ أَوْ أَمْسَيْتُمْ فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ ، وَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا ، وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ ، وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا، وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ )

Jika malam datang menjelang, atau kalian berada di sore hari, maka tahanlah anak-anak kalian (di rumah), karena ketika itu setan sedang bertebaran. Jika telah berlalu sesaat dari waktu malam, maka biarkan mereka (jika ingin keluar). Tutuplah pintu dan berdzikirlah kepada Allah, karena sesungguhnya setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup. Tutup pula wadah minuman dan makanan kalian dan berdzikirlah kepada Allah, walaupun dengan sekedar meletakkan sesuatu di atasnya, matikanlah lampu-lampu kalian.” (HR. Al-Bukhari 3280, Muslim 2012)

Dan dengan lafadz lain riwayat al-Bukhari (5624):

أَطْفِئُوا الْمَصَابِيحَ إِذَا رَقَدْتُمْ وَغَلِّقُوا الْأَبْوَابَ وَأَوْكُوا الْأَسْقِيَةَ وَخَمِّرُوا الطَّعَامَ وَالشَّرَابَ

Matikanlah lampu-lampu kalian, jika kalian hendak tidur. Dan tutuplah pintu-pintu serta tutuplah bejana serta wadah-wadah makan dan minum kalian.”

Allah Ta’ala berfirman:

وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ

dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul.” (QS. Al- Falaq: 4)

Faedah dari ayat ini:

1. Para ulama tafsir sepakat bahwa “an-naffasat” di sini maksudnya adalah tukang sihir.
2. Tercelanya tukang sihir dan ilmu sihir. Dan tidak ada sihir yang baik atau sihir putih. Semua sihir tercela dan haram hukumnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اِجْتَنِبُوْا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ . قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ ، وَمَا هُنَّ ؟ قَالَ : الشِّرْكُ بِاللهِ ، وَالسِّحْرُ

“Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan. Para sahabat bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apa saja itu?’ Rasulullah menjawab: “Berbuat syirik terhadap Allah, sihir….” (HR. Al-Bukhari no. 2766, Muslim no. 89)
3. Sebagian ulama berpendapat bahwa tukang sihir itu kafir (keluar dari Islam) dan sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa mereka melakukan dosa besar, tetapi tidak kafir selama tidak melakukan syirik akbar.
4. Sihir artinya jimat, jampi-jampi, dan buhul-buhul yang memberi pengaruh buruk pada hati manusia atau badan manusia, terkadang membuat orang menjadi sakit, mati atau memisahkan antara suami-istri. (Al-Jadid Syarhu Kitabit Tauhid, hlm. 220) Maka santet, pelet, jimat, pengasihan, dll, termasuk sihir dan dukun termasuk tukang sihir.
5. Dalam ayat ini disebut “an-naffasat” dalam bentuk muannats (wanita) bukan berarti tukang sihir yang tercela hanya wanita, namun hal ini karena di masa itu kebanyakan tukang sihir adalah wanita. Adapun tukang sihir, baik wanita atau lelaki, sama-sama tercela.
6. Di antara bentuk sarana sihir adalah buhul-buhul, yaitu benda-benda yang diikatkan pada sesuatu yang sebelumnya sudah ditiupkan jampi-jampi oleh tukang sihir. Maka kata para ulama, upaya paling manjur untuk menghilangkan sihir yang menimpa seseorang adalah mencari buhulnya dan menghancurkannya.
7. Surat An-Nas dan Al-Falaq adalah ayat yang ampuh untuk menghindari dan menyembuhkan pengaruh sihir.

Allah Ta’ala berfirman:

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

“Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (QS. Al-Falaq: 5)

Faedah dari ayat ini:

1. Hasad artinya benci ketika orang lain mendapatkan nikmat dan berkeinginan agar nikmat yang ada pada diri orang tersebut hilang.
2. Hasad adalah akhlak yang tercela. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا تَحاسَدُوْا

Janganlah kalian saling hasad.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3. Dalam ayat ini hasad disebut sebagai “syarr”, yaitu keburukan. Karena adanya hasad akan membawa kepada kezaliman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِيْ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Sungguh Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun berlaku zalim pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865)
4. Di antara bentuk keburukan hasad adalah adanya penyakit ‘ain. Yaitu, penyakit yang timbul pada diri seseorang karena pandangan mata orang yang hasad kepada dia sehingga orang yang memandang tersebut sakit atau bahkan bisa meninggal. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

العَيْنُ حَقٌّ، وَلَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابَقَ القَدْرَ سَبَقَتْهُ العَيْنُ

Ain itu benar-benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh ‘ain itu yang bisa.” (HR. Muslim no. 2188)

5. Kita diperintahkan oleh Allah untuk meminta perlindungan kepada Allah dari keburukan orang yang hasad dan dari penyakit ‘ain, di antaranya dengan memperbanyak membaca surat Al-Falaq ini.

Wallahu a’lam

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/12290-tafsir-surat-al-falaq.html

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. Saat ini kita masuk dalam pembahasan tafsir surat Al Falaq. Semoga bermanfaat.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)

(yang artinya) :
1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,
2. dari kejahatan makhluk-Nya,
3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul ,
5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”.

Pengenalan

Surat ini dan surat sesudahnya (surat An Naas) diturunkan secara bersamaan sebagaimana dikatakan oleh Al Baihaqi dalam Dalailin Nubuwwah. Oleh karena itu, kedua surat ini dinamakan Al Maw’izatain. Surat ini merupakan surat Makkiyyah (turun sebelum hijrah) dan ada juga yang mengatakan bahwa surat ini adalah surat Madaniyyah. Surat ini turun sesudah surat Al Fiil. (Aysarut Tafasir, hal. 1503; At Ta’rif bi Suratil Qur’anil Karim)

Asbabun Nuzul

Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disihir oleh orang Yahudi yang bernama Labid bin Al A’shom di Madinah, Allah Ta’ala menurunkan Al Maw’izatain (surat Al Falaq dan An Naas). Lalu Jibril ’alaihis salam meruqyah (membaca kedua ayat tersebut) kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam. Berkat izin Allah, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sembuh. (Aysarut Tafasir, hal. 1503) [Namun, riwayat sabab nuzul untuk surat Al falaq dan An Naaas dinilai dhaif oleh Syaikh Muqbil dalam as Shahih al Musnad min Asbab anNuzul, lihat juga penjelasan Ibnu Katsir]

Tafsir Ayat Pertama

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1)
1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,

Yang dimaksud dengan ‘Robbil Falaq’ adalah Allah. Al Falaq berasal dari kata ‘falaqo’ yang berarti membelah. Dalam ilmu shorof ‘Al Falaq’ bermakna isim maf’ul sifat musyabbahah yang berarti terbelah.

Lebih khusus ‘Al Falaq’ bisa bermakna Al Ishbah (pagi/shubuh) karena Allah membelah malam menjadi pagi.

Secara umum ‘Al Falaq’ bermakna segala sesuatu yang muncul/keluar dari yang lainnya. Seperti mata air yang keluar dari gunung, hujan dari awan, tumbuhan dari tanah, anak dari rahim ibunya. Ini semua dinamakan ‘Al Falaq’.

Perhatikan ayat-ayat berikut. Allah Ta’ala berfirman,إِنَّ اللّهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَى

“Sesungguhnya Allah yang menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan.” (QS. Al An’am [6] : 95).

Allah juga berfirman,فَالِقُ الإِصْبَاحِ

“Dia menyingsingkan pagi.” (QS. Al An’am [6] : 95) (Tafsir Juz ‘Amma, 294; Ruhul Ma’ani)

Pengertian Ta’awudz

Ta’awudz (isti’adzah) adalah meminta perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar terhindar dari marabahaya. (I’anatul Mustafid; Mutiara Faedah Kitab Tauhid, 95)

Meminta Perlindungan (Isti’adzah)  adalah Ibadah

Meminta perlindungan (isti’adzah) merupakan ibadah. Karena menghilangkan marabahaya dan kejelekan tidak ada yang mampu melakukannya selain Allah subhanahu wa ta’ala. Segala sesuatu yang tidak ada yang mampu melakukannya kecuali Allah, maka hal yang demikian tidaklah boleh dilakukan (ditujukan) kecuali pada Allah semata. Apabila hal semacam ini diminta kepada selain Allah, termasuk perbuatan syirik.
Ayat yang menunjukkan bahwa meminta perlindungan hanya boleh kepada Allah (karena Dia-lah yang mampu) dan bukan pada selain-Nya adalah firman Allah Ta’ala,وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat [41] : 36)

Allah juga memerintahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta perlindungan kepada-Nya sebagaimana pada awal surat Al Falaq dan An Naas. Dan perintah untuk Rasulullah berarti juga perintah untuk umatnya karena umatnya memiliki kewajiban untuk meneladani beliau.
Allah juga menyatakan bahwa meminta perlindungan kepada selain Allah termasuk kesyirikan sebagaimana pada ayat,وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْأِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقاً

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka rasa takut.” (QS. Al Jin [72] : 6)

Maksudnya adalah Allah akan menambahkan kepada manusia rasa takut. Oleh karena itu, ini adalah hukuman dari perbuatan mereka sendiri yang meminta perlindungan pada jin. Dan hukuman pasti diakibatkan karena dosa. Maka ayat ini menunjukkan celaan bagi manusia semacam ini karena telah meminta perlindungan kepada selain Allah.
Qotadah dan ulama salaf lainnya mengatakan bahwa makna ’rohaqo’ dalam ayat ini adalah ’itsman’ (dosa).

Oleh karena isti’adzah berakibat dosa, maka isti’adzah termasuk ibadah dan bernilai syirik jika ditujukan kepada selain Allah yang mati dan ghoib. (I’anatul Mustafid; At Tamhid li Syarhi Kitabit Tauhid)

Tafsir Ayat Kedua
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2)
2. dari kejahatan makhluk-Nya,

Ayat ini mencakup seluruh yang Allah ciptakan baik manusia, jin, hewan, benda-benda mati yang dapat menimbulkan bahaya dan dari kejelekan seluruh makhluk. (Taysir Al Karimir Rahman; Aysarut Tafasir).
Ibnu Katsir mengatakan bahwa ayat ini berarti berlindung dari kejelekan seluruh makhluk. Tsabit Al Bunani dan Al Hasan Al Bashri menafsirkan berlindung dari jahannam dan iblis serta keturunannya. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)
Ayat ini juga mencakup meminta perlindungan pada diri sendiri. Ingatlah, nafsu selalu memerintahkan pada kejelekan. Allah Ta’ala berfirman,إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي

“Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf [12] : 53).

Maka setiap kali seseorang mengucapkan ayat ini, maka yang pertama kali tercakup dalam ayat tersebut adalah dirinya sendiri. Jadi dia berlindung dari kejelekan dirinya sendiri, yang mungkin sering ujub (berbangga diri) atau yang lainnya. Sebagaimana yang terdapat dalam khutbatul hajjah:نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا

“Aku berlindung kepada Allah dari kejelekan diriku sendiri.” (HR. At Tirmidzi. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi no. 1105) (Tafsir Juz ‘Amma, 294-295)

Tafsir Ayat Ketiga

وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3)
3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,

Ghosiq dalam ayat ini adalah Al Lail (malam) dan juga ada yang mengatakan Al Qomar (bulan). Sedangkan Idza Waqob bermakna apabila masuk (Tafsir Juz ‘Amma, 295; Adhwaul Bayan).
Mujahid mengatakan bahwa ‘ghosiq’ adalah Al Lail (malam) ketika matahari telah tenggelam sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Ibnu Abi Najih. Demikianlah yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Muhammad bin Ka’ab Al Qurtubhy, Adh Dhohak, Khushoif, dan Al Hasan. Qotadah mengatakan bahwa maksudnya adalah malam apabila telah gelap gulita. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)
Syaikh Asy Syinqithi mengatakan bahwa pendapat yang kuat adalah tafsiran yang pertama (ghosiq adalah malam) sebagaimana didukung dengan tafsiran Al Qur’an.

أَقِمِ الصلاة لِدُلُوكِ الشمس إلى غَسَقِ الليل
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam.” (QS. Al Israa’ [17] : 78)

Sedangkan bulan merupakan bagian dari malam. Dan di malam harilah setan serta manusia dan hewan yang suka berbuat kerusakan bergentayangan ke mana-mana (Adhwaul Bayan). Kepada Allah-lah kita meminta perlindungan dari kejahatan dan kejelekan seperti ini.

Tafsir Ayat Keempat
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4)
4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,

Mujahid, Ikrimah, Al Hasan, dan Qotadah mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah sihir. Mujahid mengatakan, ”Apabila membaca mantera-mantera dan meniupkan (menyihir) di ikatan tali” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim).
Dalam ayat ini disebut dengan ’An Nafatsaat’ yaitu tukang sihir wanita. Karena umumnya yang menjadi tukang sihir adalah wanita. Namun ayat ini juga dapat mencakup tukang sihir laki-laki dan wanita, jika yang dimaksudkan adalah sifat dari nufus (jiwa atau ruh) (Ruhul Ma’ani; Tafsir Juz ’Amma, 295)
Namun perlu diingat bahwa dalam syari’at ini terdapat pula penyembuhan penyakit dengan do’a-do’a yang disyari’atkan yang dikenal dengan ruqyah. Dari Abu Sa’id, beliau menceritakan bahwa Jibril pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Lalu mengatakan,”Ya Muhammad, apakah engkau merasa sakit?” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengatakan,”Iya”. Kemudian Jibril meruqyah Nabi dengan mengatakan,بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ يُؤْذِيكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ اللَّهُ يَشْفِيكَ بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ

”Bismillah arqika min kulli sya-in yu’dzika, min syarri kulli nafsin aw ’aini hasidin. Allahu yasyfika. Bismillah arqika [Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari kejelekan (kejahatan) setiap jiwa atau ’ain orang yang hasad (dengki). Semoga Allah menyembuhkanmu. Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahmu].” (HR. Muslim no. 2186. Ada yang berpendapat bahwa kejelekan nafs (jiwa) adalah ’ain, yakni pandangan hasad).

Tafsir Ayat Kelima
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)
5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”.

Hasad adalah berangan-angan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain baik agar pindah kepada diri kita ataupun tidak (Aysarut Tafasir).
Allah menutup surat ini dengan hasad, sebagai peringatan bahayanya perkara ini. Hasad adalah memusuhi nikmat Allah.

Sebagian Ahli Hikmah mengatakan bahwa hasad itu dapat dilihat dari lima ciri :
Pertama, membenci suatu nikmat yang nampak pada orang lain;
Kedua, murka dengan pembagian nikmat Allah;
Ketiga, bakhil (kikir) dengan karunia Allah, padahal karunia Allah diberikan bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya;
Keempat, tidak mau menolong wali Allah (orang beriman) dan menginginkan hilangnya nikmat dari mereka;
Kelima, menolong musuhnya yaitu Iblis. (Al Jaami’ liahkamil Qur’an)

Salah satu dari bentuk hasad adalah ’ain (pandangan hasad). Apabila seseorang melihat pada orang lain kenikmatan kemudian hatinya merasa tidak suka, dia menimpakan ’ain (pandangan mata dengan penuh rasa dengki) pada orang lain. ’Ain ini dapat menyebabkan seseorang mati, sakit atau gila. ’Ain ini benar adanya dengan izin Allah Ta’ala.

Allah memerintahkan kepada kita untuk berlindung kepada-Nya dari malam apabila gelap gulita, dari sihir yang ditiupkan pada buhul-buhul, dan dari orang yang hasad apabila dia hasad, karena ketiga hal ini adalah perkara yang samar. Banyak kejadian pada malam hari yang samar yang dapat memberikan bahaya kepada kita. Begitu juga sihir adalah suatu hal yang samar, jarang kita ketahui. Dan begitu juga hasad dari orang lain, itu adalah hal yang samar. Dan ketiga kejelekan (kejahatan) ini masuk pada keumuman ayat kedua,مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2)

“dari kejahatan makhluk-Nya.” (Tafsir Juz ’Amma, 296)

Lalu bagaimana jalan keluar agar terbebas dari tiga kejelekan (kejahatan) ini?

Pertama, dengan bertawakkal pada Allah, yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah Ta’ala.
Kedua, membaca wirid-wirid (dzikir-dzikir) yang dapat membentengi dan menjaga dari segala macam kejelekan. Perlu diingat bahwasanya kebanyakan manusia dapat terkena sihir, ’ain, dan berbagai kejelekan lainnya dikarenakan lalai dari dzikir-dzikir. Ingatlah bahwa bacaan dzikir merupakan benteng yang paling kokoh dan lebih kuat daripada benteng ’Ya’juj dan Ma’juj’. Namun, banyak dari manusia yang melupakan hal ini. Banyak di antara mereka yang melalaikan dzikir pagi dan petang, begitu juga dzikir ketika hendak tidur. Padahal dzikir-dzikir tersebut mudah untuk dihafalkan dan dibaca. (Tafsir Juz ’Amma, 296)

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Mbali, Panggang, Gunung Kidul, 23 Dzulqo’dah 1428

Sumber Rujukan

1.Adhwaul Bayan, Muhammad Al Amin Asy Syinqithiy, Maktabah Syamilah
2.Al Jaami’ liahkamil Qur’an (Tafsir Qurtubhy), Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al Anshory Al Qurtubhy, Jami’ Mawsu’ah Al Quranil Karim, www.omelketab.net
3.At Tamhid li Syarhi Kitabit Tauhid, Syaikh Sholih Alu Syaikh, www.islamspirit.com
4.At Ta’rif bi Suratil Qur’anil Karim, Jami’ Mawsu’ah Al Quranil Karim, www.omelketab.net
5.Aysarut Tafasir likalamil ‘Aliyyil Karim, Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi, Maktabah Adhwail Manar
6.I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid, Syaikh Sholih bin Fauzan Al Fauzan, www.islamspirit.com
7.Mutiara Faedah Kitab Tauhid (edisi revisi), Abu Isa Abdullah bin Salam, Pustaka Muslim
8.Ruhul Ma’ani fi Tafsiril Qur’anil Azhim was Sab’il Matsani, Syihabuddin Mahmud bin Abdillah Al Husaini Al Alusi, Mawqi’ut Tafaasir-Maktabah Syamilah
9.Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Maktabah Syamilah
10.Shohih Muslim, Muslim bin Al Hajjaj ABul Husain Al Qusyairiy An Naisabuiy, Pentahqiq : Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Dar Ihya’ At Turots Al ‘Arobiy Beirut-Maktabah Syamilah
11.Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Abul Fada’ Isma’il bin ‘Umar bin Katsir Al Qurasyi Ad Dimasyqi, Maktabah Syamilah 5.
12.Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah
13.Taysir Al Karimir Rahman fi Tafsiril Kalamil Mannan, Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As Sa’di, Muassasah Ar Risalah-Maktabah Syamilah

Sumber https://rumaysho.com/941-memahami-tafsir-surat-al-falaq.html


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid.

Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin.

Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali.

Alhamdulillah Alloh Maha Baik & Pencipta Ajak Umat Untuk Dzikir Tiap Pagi & Sore
Alhamdulillah Alloh Maha Baik & Pencipta Ajak Umat Untuk Dzikir Tiap Pagi & Sore

Posting Komentar

0 Komentar