Ticker

6/random/ticker-posts

Header Ads Widget

i love Alloh

Alam Mengangis 40 Hari Jika Ada Ulama Yang Wafat #Dakwah #Islam

 Ilmu adalah cahaya yang dapat menunjukkan seseorang menuju jalan yang benar. Di dalam kitab Lubbabul Hadis bab pertama, imam As-Suyuthi (w. 911) menuliskan sepuluh hadis tentang fadhilah atau keutamaan ilmu dan ulama yang perlu kita perhatikan sebagaimana berikut.

Alam Mengangis 40 Hari Jika Ada Ulama Yang Wafat #Dakwah #Islam
Alam Mengangis 40 Hari Jika Ada Ulama Yang Wafat #Dakwah #Islam

Hadis pertama:

قال النبي صلى الله عليه وسلم لابن مسعود رضي الله عنه: {يَا ابْنَ مَسْعُوْدٍ، جُلُوْسُكَ سَاعَةً فِيْ مَجْلِسِ العِلْمِ، لاَ تَمَسُ قَلَماً، وَلاَ تَكْتُبُ حَرْفًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ عِتْقِ أَلْفِ رَقَبَةٍ، وَنَظَرُكَ إِلىَ وَجْهِ العَالِمِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَلْفِ فَرَسٍ تَصَدَّقْتَ بِهَا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ، وَسَلاَمُكَ عَلىَ العَالِمِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ عِبَادَةِ أَلْفِ سَنَةٍ}.

Nabi saw. bersabda kepada Ibnu Mas’ud r.a., “Wahai Ibnu Mas’ud, dudukmu sesaat di dalam suatu majelis ilmu, tanpa memegang pena dan tanpa menulis satu huruf (pun) lebih baik bagimu dari pada memerdekakan seribu budak. Pandanganmu kepada wajah seorang yang berilmu lebih baik bagimu dari pada seribu kuda yang kau sedekahkan di jalan Allah. Dan ucapan salammu kepada orang yang berilmu lebih baik bagimu dari pada beribadah seribu tahun.”

Hadis kedua:

وقال صلى الله عليه وسلم: {فَقِيْهٌ وَاحِدٌ مُتَوَرِّعٌ أَشَدُّ عَلىَ الشَيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ مُجْتَهِدٍ جَاهِلٍ وَرعٍ}.

Nabi saw. bersabda, “Satu orang yang faqih (pandai ilmu syariat/fiqih) dan wira’i (yang meninggalkan hal-hal yang diharamkan) lebih berat bagi setan dari pada seribu orang yang giat beribadah (namun) bodoh (meskipun) wira’i.”

Hadis ketiga:

وقال صلى الله عليه وسلم: {فَضْلُ العَالِمِ عَلىَ العَابِدِ كَفَضْلِ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ عَلىَ سَائِرِ الكَوَاكِبِ}.

Nabi saw. bersabda, “Keutamaan orang yang berilmu (yang mengamalkan ilmunya) atas orang yang ahli ibadah adalah seperti utamanya bulan di malam purnama atas semua bintang-bintang lainnya.”

Hadis keempat:

وقال صلى الله عليه وسلم: {مَنِ انْتَقَلَ لِيَتَعَلَّمَ عِلْمًا غُفِرَ لَهُ قَبْلَ أنْ يَخْطُوَ}.

Nabi saw. bersabda, “Siapa yang berpindah (baik dengan berjalan kaki atau naik kendaraan) untuk mempelajari ilmu (syariat/agama) maka ia akan diampuni (dosa-dosa kecilnya yang telah lalu) sebelum ia akan melangkah (dari tempatnya jika ia berniat karena Allah taala).”

Hadis kelima:

وقال صلى الله عليه وسلم: {أَكْرِمُوا الْعُلَمَاءَ فَإِنَّهُمْ عِنْدَ اللهِ كُرَمَاءُ مُكْرَمُوْنَ}.

Nabi saw. bersabda, “Muliakanlah ulama’ (orang-orang yang memiliki ilmu syariat/agama dan mengamalkannya, mereka baik ucapan dan perbuatannya) karena sungguh mereka menurut Allah adalah orang-orang yang mulia dan dimuliakan (di kalangan malaikat).”

Hadis keenam:

وقال صلى الله عليه وسلم: {مَنْ نَظَرَ إِلَى وَجْهِ الْعَالِمِ نَظْرَةً فَفَرِحَ بِهَا خَلَقَ اللهُ تَعَالَى مِنْ تِلْكَ النَّظْرَةِ مَلَكًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ}.

Nabi saw. bersabda, “Siapa yang memandang wajah orang yang berilmu dengan sekali pandangan, lalu ia bahagia dengan pandangan itu, maka Allah swt. telah menciptakan pandangan itu seorang malaikat yang akan memintakan ampun untuknya sampai hari Kiamat.”

Hadis ketujuh:

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: {مَنْ أَكْرَمَ عَالِمًا فَقَدْ أَكْرَمَنِيْ، وَمَنْ أَكْرَمَنِيْ فَقَدْ أَكْرَمَ اللهَ، وَمَنْ أَكْرَمَ اللهَ فَمَأوَاهُ الْجَنَّةُ}.

Nabi saw. bersabda, “Siapa yang memuliakan seorang yang berilmu maka sungguh ia telah memuliakanku, siapa yang memuliakanku, maka sungguh ia telah memuliakan Allah, dan siapa yang memuliakan Allah, maka tempatnya adalah surga.”

Hadis kedelapan:

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: {نَوْمُ العَالِمِ أَفْضَلُ مِنْ عِبَادَةِ الجَاهِلِ}.

Nabi saw. bersabda, “Tidurnya seorang yang berilmu (yakni orang alim yang memelihara adab ilmu) lebih utama dari pada ibadahnya orang yang bodoh (yang tidak memperhatikan adabnya beribadah).”

Hadis kesembilan:

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: {مَنْ تَعَلَّمَ بَابًا مِنَ العِلْمِ، يَعْمَلُ بهِ أوْ لَمْ يَعْمَلْ بهِ كَانَ أَفْضَلَ مِنْ أَنْ يُصَلِّي أَلْفَ رَكْعَةٍ تَطَوُّعًا}.

Nabi saw. bersabda, “Siapa yang belajar satu bab dari ilmu baik ia amalkan atau ia tidak maka itu lebih utama dari pada ia melakukan shalat sunnah seribu rakaat.”

Menurut imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarahi kitab ini (yakni dalam kitabnya Tanqihul Qaul Al-Hatsits Fi Syarah Lubbabil Hadits) menjelaskan bahwa hadis tersebut menunjukkan bahwa ilmu itu lebih mulia dari pada ibadah. Meskipun begitu, seorang hamba Allah hendaknya juga beribadah disertai dengan berilmu, agar ilmunya tidak seperti debu yang terbang berhamburan kemudian hilang tanpa bekas.

Hadis kesepuluh:

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: {مَنْ زَارَ عَالِمًا فَكَأَنَمَّا زَارَنِي، وَمَنْ صَافَحَ عَالِمًا فَكَأَنَّما صَافَحَنِي، وَمَنْ جَالَسَ عَالِمًا فَكَأَنَّما جَالَسَنِي في الدُّنْيَا، وَمَنْ جَالَسَنِي في الدُّنْيَا أَجْلَسْتُهُ مَعِيْ يَوْمَ القِيَامَةِ}.

Nabi saw. bersabda, “Siapa yang mengunjungi seorang yang berilmu maka seakan-akan ia mengunjungiku, siapa yang berjabat tangan dengan orang yang berilmu, maka seakan-akan ia berjabat tangan denganku, siapa yang duduk dengan orang yang berilmu, maka seakan-akan ia duduk denganku di dunia, dan siapa yang duduk denganku di dunia, maka aku akan menjadikan ia duduk bersamaku di hari Kiamat.”

Demikianlah sepuluh hadis yang telah dijelaskan oleh imam As-Suyuthi tentang keutamaan ilmu dan ulama di dalam kitabnya yang berjudul Lubbabul Hadits. Di mana di dalam kitab tersebut, beliau menjelaskan empat puluh bab dan setiap bab beliau menuliskan sepuluh hadis dengan tidak menyantumkan sanad untuk meringkas dan mempermudah orang yang mempelajarinya. Meskipun begitu, di dalam pendahuluan kitab tersebut, imam As-Suyuthi menerangkan bahwa hadis nabi, atsar, maupun riwayat yang beliau sampaikan adalah dengan sanad yang shahih (meskipun menurut imam An-Nawawi ketika mensyarah kitab ini mengatakan ada hadis dhaif di dalamnya, hanya saja masih bisa dijadikan pegangan untuk fadhailul a’mal dan tidak perlu diabaikan sebagaimana kesepakatan ulama). Wa Allahu A’lam bis Shawab.

sumber : https://bincangsyariah.com/kalam/hadis-hadis-keutamaan-ilmu-dan-ulama/

Ada sebuah hadits yang tidak terlalu sering kita dengar menyebutkan:
موت العالم مصيبةلا تجبر وثلمة لا تسد ونجم طمس موت قبيلة أيسر من موت عالم, yang kira-kira bermakna: “kematian seorang alim itu adalah musibah yang tak tergantikan, lobang yang dapat ditambal. Wafatnya seorang alim bagaikan bintang yang padam. Bahkan meninggalnya satu suku (kampung) itu lebih ringan dari pada meninggalnya seorang ulama” (At-Thobarani).

Umat Islam akhir-akhir ini banyak dirundung duka, dengan ragam cobaan dan musibah. Satu diantara cobaan itu adalah wafatnya beberapa Ulama mu’tamad (Ulama rujukan Umat) yang setiap saat hadir sebagai lentera di tengah kegelapan yang menyelimuti kehidupan dunia saat ini.

Salah satu di antara ulama yang telah mendahului kita adalah Syeikh Ali Saleh Jaber, seorang Ulama yang ilmuan, saleh, mukhlis, dan insya Allah muhsin. Ulama yang selalu hadir dengan kesejukan dan penampilan moderasi sebagaj jembatan pemersatu bagi seluruh elemen Umat dan bangsa.

Syeikh Ali Jaber meninggalkan tidak saja Ilmu. Tapi yang lebih penting lagi adalah ketauladanan dalam mempertahankan keimanan dan keilmuan dalam bingkai akhlakul karimah. Bahwa seberat dan sepelit apapun tantangan yang dihadapi, seorang Mukmin tidak bokeh lepas kendali karakter moral seperti yang diajarkan secara prinsip oleh baginda Rasulullah SAW.

Saya tidak akan berbicara banyak tentang Syeikh Ali. Beliau sedang tersenyum menghadap Rabbnya. Beliau sedang bersenandung dalam keindahan ridho Ilahi. “Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada Rabbmu dalam keadaan ridho dan diridhoi. Masuklah ke dalam golongan hambaKu dan masuklah Ke dalam syurgaKu”.

Saya hanya ingin mengajak kita semua untuk menangis, merasakan kesedihan yang dalam atas meninggalnya para Ulama kita. Cinta kita kepada para Ulama bukan cinta biasa. Tapi cinta sebagai bukti kecintaan kita kepada Ilmu. Dan cinta kepada Ilmu adalah cinta kepada kebenaran (Al-Haq).

Dalam sebuah hadits Rasulullah menegaskan: “barangsiapa yang tidak merasa sedih dengan kematian ulama maka dia adalah munafik” (diriwayat oleh Suyuuthi).

Imam Al-Baihaqi menyebutkan: “kematian seorang Ulama itu lebih disukai oleh Iblis dari pada kematian 70 ahli ibadah”.

Jika Iblis la’natullah senang dengan kematian Ulama, lalu bagaimana mereka yang mematikan ulama? Mungkin saja tidak mematikan secara fisik. Tapi mematikan segala langkah dan juang para ulama dalam menebar Ilmu dan kebaikan.

Iblis dan konco-konconya sangat wajar untuk bersenang dengan meninggalnya Ulama. Karena memang Ulama memiliki posisi yang sangat tinggi. Selain derajatnya ditinggikan, seperti yang disebutkan dalam Al-Quran: “Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu dengan beberapa derajat” (Al-Mujadalah: 11). Juga karena Ulama itu memang adalah “pewaris/penerus para nabi” (hadits).

Kedudukan para Ulama itulah yang menjadikan seluruh makhluk-makhluk Allah, bahkan semut-semut dalam lobangnya, bahkan ikan-ikan kecil dalam air (al-hiitaan fil maa) mendoakan mereka semuanya.

Sunggguh meninggalnya para Ulama memang musibah besar bagi Umat ini. Karena meninggalnya mereka adalah pertanda tercabutnya keilmuan dari Umat ini. Rasulullah bersabda: “Ambillah ilmu itu sebelum menghilang. Para sahabat bertanya: Bagaimana Ilmu menghilang ya Rasulullah? Beliau menjawab: Sesungguhnya hilangnya ilmu ketika para pembawanya pergi/meninggal” (At-Thabarani).

Dengan meninggalnya Syeikh Ali Jaber dan Ulama lainnya, juga membangun keyakinan bahwa Umat pastinya lebih tertantang lagi. Tapi Umat dengan iman pastinya juga optimis jika di balik kesulitan itu ada kemudahan. Dan di balik tantangan itu pasti ada peluang.

Dan karenanya, sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin: إذاماتالعالم ثلم في الإسلام ثلمة لايسدها الا خلف منه (jika satu Ulama wafat, maka terjadi sebuah lubang dalam Islam yang tidak dapat ditambal kecuali oleh generasi penerusnya).

Semoga kita semua dapat menjadi generasi penerus para Ulama kita. Generasi yang punya komitmen untuk meneruskan keilmuan, keikhlasan dan karya/amal para waratsatul ambiya (pewaris para nabi) itu.

Terakhir saya pribadi komunikasi dengan Syeikh Ali Jaber tahun lalu. Beliau mengontak saya untuk difasilitasi mendatangkan Imam masjidil haram ke Amerika Serikat. Sayang rencana itu belum terjadi musibah Corona menimpa dunia.

Dan kini rencana dan niat baik itu telah diterima di sisi Allah bersama beliau yang merencanakan. Selamat jalan Syeikh Ali. Syurga telah menanti engkau…Al-Fatihah!

New York, 14 Januari 2021

sumber : https://ihalal.id/meninggalnya-para-ulama/


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid.

Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin.

Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali.

Alam Mengangis 40 Hari Jika Ada Ulama Yang Wafat #Dakwah #Islam
Alam Mengangis 40 Hari Jika Ada Ulama Yang Wafat #Dakwah #Islam

Posting Komentar

0 Komentar